1. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan
kata ‘adilun, yang berarti sama dengan seimbang. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, adalah diartikan tidak berat sebelah,tidak memihak,berpihak pada
yang benar,berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan
menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau
menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang
jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
Secara Bahasa Adil
Berasal dari bahasa arab yang berarti proporsional, tidak berat sebelah,
jujur
Secara Istilah ada
beberapa makna antara lain: menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Menurut Al Ghozali adil adalah keseimbangan antara sesuatu yang lebih dan yang kurang
Menurut Ibnu Miskawaih keadilan adalah Memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap sesuatu itu.
Adil itu menempatkan
sesuatu pada tempatnya, Kata adil dilawankan dengan kata dzalim yaitu
menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Adil adalah memberikan
hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan
segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan
kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja.
Islam memerintahkan
kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu .” (An-Nisa’: 135)
Dalil tentang adil
Artinya:”Dan Allah Telah
meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan).8. Supaya kamu
jangan melampaui batas tentang neraca itu.9. Dan Tegakkanlah timbangan
itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”. (QS. Ar-Rahman:7-9)
Artinya:“Sesungguhnya
kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hadidi:25)
“Dan apabila kamu
berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat(mu).” (QS.
Al-An’âm : 152)
“Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, biarpun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabat kalian. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran.Dan jika kalian memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjaan.” (QS. An-Nisâ` : 135)
“Hai orang-orang
yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mâ`idah
: 8)
“Dan di antara
orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan
dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS. Al-A’râf : 181)
“Dan aku diperintahkan
supaya berlaku adil di antara kalian.” (QS. Asy-Syûrô: 15)
PENTINGNYA KEADILAN
Islam sangat menekankan
sikap adil dalam segala aspek kehidupan. Allah SWT memerintahkan kepada umat
manusia supaya berprilaku adil, baik kepada Allah SWT, dirinya sendiri
maupun orang lain. Al Qur'an memandang bahwa keadilan merupakan inti
ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan.Prinsip keadilan yang dibawa
Al Qur'an sangat kontekstual dan relevan untuk diterapkan kedalam kehidupan
beragama, berkeluarga dan bermasyarakat.
2. Karakteristik Sikap Adil
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum. Dalam Islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,
status social, ekonomi, atau politik .
Alqur’an secara spesifik
menegaskan perilaku adil Yaitu ;
1. Keadilan dalam menetapkan hukum(QS An
Nisa’ 58)
2. Keadilan memberikan hak kepada orang lain
((QS An NAhl 90)
3. Keadilan dalam berbicara (QS Al an’ am
152)
4. Keadilan dalam kesaksian (QS An Nisa’
135)
5. Keadilan dalam pencatatan utang (QS Al
Baqarah 282)
6. Keadilan dalam mendamaikan perselisihan
( QS Al Hujurat 9)
7. Keadilan dalam menghadapi orang yang
tidak disukai (QS Al Maidah 8)
8. Keadilan dalam memberikan balasan ( QS
Al Maidah 95)
Prilaku orang yang berbuat adil antara lain :
1.
Bertindak bijaksana
dalam memutuskan perkara orang yang berselisih
2.
Arif dan bijaksana dalam
bermusyawarah
3.
tidak mengurangi
timbangan dan takaran
4.
Bekerja secara optimal
dan profesional
5.
Belajar secara maksimal
dan sungguh-sungguh
6.
Membantu fakir miskin
dan dhuafa' untuk mengelarkan zakat infak dan shodaqah
7.
Tolong menolong dan
bekerjasama dalam kebaikan
8.
Saling menyayangi dan
mengasihi diantara anggota keluarga
3. Nilai Positif Sikap Adil
Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara, sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu mewujudkn keadilan dalam dirinya sendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi (akhirat).
Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentram , serta damai sejahtera
lahir dan batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat
melaksanakan kewajiban terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain
dengan seadil-adilnya .
Adapun nilai positif perbuatan adil antara lain :
Adapun nilai positif perbuatan adil antara lain :
1.
Keadilan membawa
ketentraman
2.
Keadilan membawa kedamaian
3.
Keadilan menimbulkan
kepercayaan
4.
Keadilan dapat
meningkatkan kesejahteraan
5.
Keadilan dapat
meningkatkan prestasi belajar
6.
Keadilan dapat
menciptakan kemakmuran
7.
Keadilan dapat
mengurangi kecemburuan sosial
8.
Keadilan dapat
mempererat tali persaudaraan
9.
Keadilan dapat
menimbulkan kebaikan dan mencegah kejahatan
4. Membiasakan Sikap Adil
Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya,kedua
orang tuanya,saudara-saudaranya,anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya,
masyarakatnya, bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik(Allah swt).
Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu keamanan,
ketentraman,kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi
akan dapat diraih.
CARA MEMBIASAKAN SIKAP ADIL DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
CARA MEMBIASAKAN SIKAP ADIL DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
1.
menyadari pentingnya
keadilan dalam kehidupan
2.
memahami nilai-nilai
positif yang terkandung dalam prinsip keadilan
3.
berusaha mempraktikkan
keadilan baik kepada Allah SWT, diri sendiri maupun orang lain
1. Pengertian Ridha
Secara Bahasa Ridha
berasal dari bahas arab. Memiliki arti rela, menerima dg suci hati
Secara Istilah Ridha
berarti menerima dengan senang hati apa yang diberikan oleh Allah
swt baik berupa peraturan, hukum, atau pun qadha.
Ridha terkait tiga hal :
Ridha terkait tiga hal :
- Usaha
maksimal yang dicurahkan
- Takdir
Allah SWT
- Keputusan
orang lain
Menurut Al Ghazali Ridha adalah segala keputusan Allah SWT yang merupakan puncak keindahan akhlak (muntaha husnul al khuluq).
Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Perkataan rida berasal dari
bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida menurut syariah
adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik
berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya.Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun
tatkala ditimpa musibah.
Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela,
suka, dan senang hati.sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk
menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari
semua keinginan dan harapan yang baik .
Kebanyakan manusia merasa
sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti
kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota
keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida terhadap
takdir.Orang yang memiliki sifat rida tidak mudah bimbang atau kecewa atas
pengorbanan yang dilakukannya.Ia tidak menyesal dengan kehidupan yang diberikan
Allah swt dan tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang lain karena
yakin bahwa semua itu berasal dari Allah swt. Sedangkan kewajibannya adalah
berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada.
Rida terhadap takdir bukan
berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu untuk mencari jalan
keluarnya.Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan
tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam.Allah swt.memberikan cobaan atau ujian
dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman Allah swt.:
Artinya : “ Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.Sesungguhnya Kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.kalimat ini dinamakan kalimat
istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu
ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. (Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap ridha dapat ditunjukkan melalui hal-hal
sebagai berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai
dengan sungguh-sungguh usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
2. Senantiasa mengingat Allah swt.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan
orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada
Allah swt. atas segala nikmat pemberian-Nya.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama
sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja
bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri
sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan terhadap takdir yang
berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia
Allah swt.
Rosulullah SAW bersabda: yang akan merasakan
manisnya iman adalah orang yang ridha Allah SWT sebagai Tuhannya,Islam menjadi
agamanya, dan Muhammad menjadi Rasulnya.
2. Karakteristik sikap ridha
Apabila sebagian pendapat
para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu rida kepada
Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada qada Alloh.
Rida kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa
yang datang dari Allah meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini
termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan
untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama, ikhtiyar ad-din wa syar’I
(pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni kadari (pilihan yang
berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai Alloh
yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam ridha :
a. Ridha terhadap perintah dan larangan
Allah
Artinya ridha untuk
mentaati Allah dan Rasulnya.Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan
dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua
nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98)
ayat 8
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadanya.Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat
dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap
kita.
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
Mari kita simak, apa yang
dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin
Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati
?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian
berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt.maka taqdir
itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak
ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi
seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan
sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan
ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari
kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt.Dan
menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu
tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu
Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia.Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt.Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka.“Engkau benar, sesungguhnya Allah
swt.apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan
ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang
tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam
situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke
15)
c. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah
orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt.karena
keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S.
Luqman (31) ayat 14 ;
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah
bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah
tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam
kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d. Ridha terhadap peraturan dan
undang-undang negara
Mentaati peraturan yang
belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt.karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59
berikut :
Artinya : “ Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya
orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan
pemerintah).Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha
terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan
sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang
tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
3. Nilai Positif Sikap Ridha
- Ridha
menciptakan suasana batin yang puas, lega dan bahagia
- Ridha
membawa pada ketentraman jiwa dan kesehatan ruhani
- dapat
menghilangkan kebencian
- dapat
mendorong berfikir positif atau huznudhan
- mendorong
untuk beramal sholeh
- menuju
ridha Allah SWT dan surga
- mendorong
seseorang memahami bahwa apa yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang
terbaik
4. Membiasakan Sikap Ridha
Konsekuensi ridha kepada Allah harus mengikuti semua
yang diajarkan oleh Rasululloh saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang ridha
kepada Allah, tentu dia akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu yang diterima
dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya.
CARA MEMBIASAKAN SIKAP RIDHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI :
CARA MEMBIASAKAN SIKAP RIDHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI :
- Menyadari
pentingnya sikap ridha
- Memahamiapa
yang ditakdirkan Allah SWT
- Berfikir
positif dan berbaik sangka
- selalu
optimis terhadap hasil prestasi yang kurang baik dan berusaha untuk
memperbaiki
- tidak
membenci kegagalan dan kemalangan atau musibah karena dibalik semua itu
pasti ada hikmahnya.
1. PENGERTIAN AMAL SALEH
Menurut bahasa amal berasal daribahasa arab artinya
perbuatan atau tindakan,sedangkan shalih artinya yang baik atau yang patut
Menurut istilah amal saleh adalah perbuatan baik
yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang
berlipat di akhirat
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan (baik atau buruk). Secara
istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh dalam menjalankan ibadah
ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh mengumpulkan dana untuk membantu
korban bencana alam, penyandang cacat, orang jompo dan anak yatim piatu.
Dalam al-Qur’an banyak
dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuknya yaitu ‘amila, a’mala,
ta’malun, ya’malun, ‘amilun, ‘amalus-salihat, dan ‘amalus-syyari’at.
Dasar amal saleh adalah QS Al Ashr ayat 1-3 artinya
: 1. Demi masa.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
2. Karakteristik Amal Saleh
Orang yang hidup pada
zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan, keturunan, kedudukan, dan
bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi factor yang akan menentukan
keadaan seseorang.
Agama islam membawa
satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat, kedudukan yang tinggi, dan
kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan keuntungan, terutama untuk
kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang memberikan faedah ialah amal
saleh, yakni perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua,
yaitu amal saleh (amal yang baik) dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk).Amal
saleh ialah segala perbuatan kebbijakan yang mendatangkan manfaat untuk diri
sendiri, keluarga, bangsa, dan manusia seluruhnya, baik berupa perbuatan,
ucapan, maupun sikap.bahkan melakukan suatu perbuatan yang dilarang Alloh, itu
pun termasuk amal saleh.
3 Nilai Positif Amal Saleh
Dalam Al-Qur’an,
banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik didunia maupun diakhirat,
yaitu:
a. rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);
b. derajat yang tinggi (Taha/20:75);
c. keberuntungan (al-Qasas/28:67);
d. keadilan (Yunus/10:4);
e. keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);
f. rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);
g. hilang perasaan takut (Taha/20:112);
h. pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57);
i. ampunanIlahi (Fatir/3:57);
J. kehidupan di surga (al-Mu’minun/23:40).
Adapun nilai yang terkandung dalam amal saleh adalah
:
- menentramkan
hati dan mendamaikan jiwa
- berbagi
kebahagiaan kepada orang lain
- membina
kepribadian yang berkualitas
- memberikan
rasa tentram kepada orang lain
- membela
kebenaran dan keadilan
- menumbuhkan
kerendahan hati
- membentengi
diri dari perbuatan dosa
4. Membiasakan Amal Saleh
Setiap amal saleh,
harus didasari niat yang suci dan ikhlas.Jangan sampai seorang yang beramal
memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal, mengharap
kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.
Berusaha atau beramal,
pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu serta tidak hanya pada saat yang
lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak menyianyiakan untuk beramal atau
berusaha. Walaupun hasil amal itu belum tampak sekarang, hal itu tidak boleh
menjadikan kita malas beramal.
CARA MEMBIASAKAN DIRI UNTUK BERAMAL SHOLEH :
- menyadari
dan memahami manfaat amal sholeh baik untuk diri sendiri atau orang lain
- menyadari
bahwa amal sholeh dapat mencegah kemungkaran untuk diri sendiri dan orang
lain
Adapun syarat sah amal shaleh adalah sebagai berikut
:
1. Amal shaleh dilakukan dengan mengetahui ilmunya
2. Amal shaleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas
karena Allah.
3. Amal
shaleh itu hendaknya dilakukan secara sah sesuai dengan
petunjuk syarak (Al-Quran dan Hadist).
MACAM MACAM AMAL SHOLEH :
- yang
berkaitan dengan akidah yaitu rukun iman
- yang
berkaitan dengan syariah yaitu rukun islam
- yang
berkaitan dengan akhlak/ikhsan seperti :
- sabar
ketika ditimpa musibah
- syukur
ketika mendapatkan nikmat
- ikhlas
beramal dan suka menolong
- adil
dan jujur
- bersungguh-sungguh
dalam belajar, bekerja dan berkarya
- pemaaf
- sederhana
menghindari perbuatan tercela
0 komentar:
Posting Komentar